SAHM dan juga WM

"Tidakkah kamu ingin FTM? (lebih tepatnya stay at home mom, kali ya) Kasihan anak2 ditinggalkan saat kamu bekerja... Lebih baik menjadi FTM dimana kamu bisa mendidik dengan tangan kamu sendiri anak2... kebahagian tidak bisa dibeli dengan materi...

Pasti orang itu tidak mengerti, betapa beratnya sy utk melangkah saat bekerja. Betapa was wasnya saya, saat anak2 hanya ditinggalkan hanya dengan pengasuhnya...

Siapa yg tidak ingin hanya tinggal di rumah... Menikmati waktu bercengkrama dengan anak2. Dari mulai membuka mata... Hingga esok kembali membuka mata. Tapi ada keadaan2 dimana kita tidak bisa melakukan pilihan itu.

Saya memang tidak bercerita pada semua orang. Tidak juga semua orang harus tahu, betapa saya sedang merancang ke arah itu. Tapi Allah belum memberi ijin sekarang. Saya dan suami masih punya cita2... Dan itu bekerja inipun saya lakukan utk kepentingan anak2, bukan utk memuaskan ego saya :'(

Siapa bilang sy tidak FTM... Saat sy dirumah, tiada detik berlalu tanpa saya disibukan dengan anak2. Bahkan waktu tidur saya pun kadang masih harus terjaga, utk memastikan anak2 tidak kurang satu apapun..

Jadi... Jangan lah memandang WM itu bukan ibu yg baik... Karena pilihan masih mengharuskan kami utk bekerja..."

Tulisan diatas adalah status saya kemaren yang saya copas dari status seorang teman juga. Saya setuju tulisan diatas karena mewakili hati saya sendiri. Saya juga ingin jadi stay at home mom dari buka mata sampai nutup mata lagi, saya juga ingin sepenuhnya merawat dan mendidik anak2 dirumah, jangan ditanya betapa menyesalnya saya melewatkan 1 moment penting ketika dia melampaui satu demi persatu tumbuh kembangnya, jangan tanya seperti apa sakitnya ketika pertama kali yang diucapkan adalah kata "mama" bukan "bunda".

Saya melewatkan beberapa tahap penting yang bisa anak saya lakukan untuk pertama kalinya dalam tahap perkembangannya, sakit ? sangat sakit !! tapi kita punya cita cita, saya juga punya tanggungan, yang saya lakukan bukan karena ego saya pribadi yang dulu sebelum menikah pernah berikrar ingin jadi wanita karir, tempat saya sesungguhnya bukan di tempat kerja tempat saya dirumah, hati dan pikiran saya bukan untuk pekerjaan tapi semua untuk keluarga dan anak2, keinginan terbesar saya ketika menikmati libur panjang bukan keinginan untuk kapan bisa masuk kerja lagi tapi kapan saya bisa melakukan hal ini sepanjang hari hanya mengurus anak dengan tangan saya sendiri. Kebahagiaan memang tidak bisa dibeli dengan materi tapi masa depan mereka adalah kebahagiaan saya juga dan saya mau mewujudkan masa depan mereka untuk kebahagiaan mereka juga.

Tapi meskipun saya bisa disebut WM, meskipun anak saya sudah ada yang bisa saya percaya untuk mengurusnya selama saya bekerja, begitu sampai di rumah saya tetaplah ibu, saya tetaplah istri, dan saya tetap dengan tugas ibu2 pada umumnya bersih2 rumah, menemani anak belajar yang kadang disambi dengan memasak untuk makan malam dan menyiapkan untuk bekal besok, begitu anak dan suami sudah terlelap kadang saya masih berurusan dengan cucian untuk dicuci dan disetrika, memastikan rumah sudah bersih, piring2 kotor sudah dicuci..baru saya bisa meluruskan punggung dan mengistirahatkan badan. Pagi hari aktivitas yang saya mulai bukan aktivitas siap2 jadi wanita kantoran tapi aktivitas ibu2 yang menyiapkan bekal untuk anak dan suami, menyiapkan sarapan mereka, beres2 rumah, memandikan anak dan memastikan selama saya pergi anak dan suami tidak kurang suatu apapun.

Saya iri dengan ibu2 yang sepenuhnya sepanjang hari berada disamping anak2 mereka, memenuhi segala kebutuhannya, melayani setiap rengekannya tapi yaah kita juga tak pernah tau kadang manusia memang tak pernah merasa puas, sudah diberikan rejeki yang melimpah kadang kita tak pernah tau kalau ada juga rasa iri dihati mereka melihat tetangganya tiap pagi berangkat bekerja dan setiap bulan menerima gaji mereka sendiri, dalam pikiran mereka ah betapa enaknya ibu itu dikantor bisa cekikikan tanpa ada back sound rengekan anak, bisa ngegosip sana sini tanpa ada teriakan si kecil..ah bu..andai ibu tau apa yang ada dipikran saya, bisakah kita bertukar tempat ? saya dirumah mengurus anak2, memenuhi semua kebutuhannya, selalu hadir dalam rengekannya dan rejeki suami tak berhenti mengalir..ah indahnyaa...

Komentar

  1. tiap pilihan pasti ada alasannya ya Nel, harus bisa dipertanggungjawabkan juga pilihan itu Insya Allah dua2nya juga baik

    BalasHapus

Posting Komentar